GfMiGpWoGSO9BUM8BUOlGpC5BA==

Merawat Olahraga Tradisional Indonesia di Era Modern

Merawat Olahraga Tradisional Indonesia di Era Modern
Tim dari Kabupaten Magetan (kiri) berusaha menyalip peserta dari Kabupaten Tulungagung (kanan) saat babak penyisihan cabor terompah panjang pada Invitasi Olahraga Tradisional di Alun-alun Ngawi, Jawa Timur, Rabu (31/7/2024). (Dok. ANTARA)

SEMARANG, REPUBLIK INDONESIA Olahraga tradisional, yang sering dikenal sebagai permainan tradisional, adalah bagian penting dari warisan budaya Indonesia. Permainan ini muncul dan berkembang di berbagai daerah, menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat, terutama pada era sebelum tahun 1980-an, ketika anak-anak kerap memainkannya di sore hari.

Setiap wilayah memiliki permainan khas, sebagian besar melibatkan kekuatan fisik sebagai komponen utama. Beberapa contoh permainan ini termasuk balap karung, egrang, gobak sodor, panjat pinang, lari kelereng, tarik tambang, patok lele, dan gebuk bantal.

Tidak hanya sebagai sarana olahraga, permainan ini juga menjadi hiburan bagi para pemain dan penonton. Contohnya, gobak sodor yang sering dimainkan di lapangan badminton, atau panjat pinang yang menggunakan batang pohon yang dilumuri pelumas.

Permainan ini umumnya muncul dalam perayaan-perayaan, seperti HUT Kemerdekaan RI, peringatan ulang tahun suatu daerah, atau perayaan institusi. Perlombaan seperti panjat pinang, lari kelereng, balap karung, dan gebuk bantal sering diselenggarakan dari tingkat rukun tetangga hingga acara besar di institusi.

Peran Pemerintah dalam Melestarikan Olahraga Tradisional

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menjaga keberlanjutan olahraga tradisional melalui berbagai upaya. Pada tahun 2000, didirikan Komite Olahraga Masyarakat Indonesia (KORMI) dengan Hayono Isman sebagai ketua pertama. KORMI hadir di tingkat pusat hingga provinsi, termasuk di Jawa Tengah yang dipimpin oleh Rr. Maria Tri Mangesti.

KORMI rutin menyelenggarakan Festival Olahraga Rekreasi Nasional (Fornas) dua tahunan. Pada tahun 2022, Fornas VI diadakan di Sumatera Selatan. Lebih lanjut, Juli 2024 menjadi saksi digelarnya Festival Olahraga Tradisional Nasional (Fotradnas) XIII di Parigi Moutong, Sulawesi Tengah.

Deputi 3 Bidang Pembudayaan Olahraga Kemenpora, Rudy Sufahriadi, menegaskan bahwa olahraga tradisional tidak hanya untuk kesehatan, tetapi juga berperan dalam mempererat hubungan masyarakat dan menciptakan perdamaian.

Menteri Pemuda dan Olahraga, Dito Ariotedjo, menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara berbagai pihak dalam memajukan olahraga tradisional. "Kolaborasi ini menjadi momentum untuk melestarikan dan memajukan olahraga tradisional di masa depan," ujarnya.

Upaya Pelestarian di Daerah

Di Jawa Tengah, Kepolisian Resor Batang mengadakan perlombaan seperti balap karung dan tarik tambang sebagai upaya menjaga eksistensi olahraga tradisional. Kegiatan ini didukung oleh KORMI Kabupaten Batang, yang merencanakan program jemparingan (panahan khas Mataraman) ke desa-desa.

Sleman, Yogyakarta, juga turut melestarikan olahraga tradisional dalam peringatan HUT ke-108 daerah tersebut, dengan perlombaan yang melibatkan ASN dan non-ASN, termasuk tarik tambang dan lari karung estafet. Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo, menekankan bahwa "pelestarian olahraga tradisional adalah kekayaan intelektual yang harus diwariskan."

Di Kalimantan Utara, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) menggelar kompetisi olahraga tradisional tahunan untuk siswa. "Kompetisi ini bertujuan mengenalkan budaya tradisional kepada generasi muda di tengah maraknya aktivitas daring yang mengikis kearifan lokal," kata Sekretaris Disdikbud Kaltara, Sudarsono.

Strategi Memajukan Olahraga Tradisional

Untuk memastikan olahraga tradisional terus eksis, beberapa strategi perlu diperhatikan. Memasukkan permainan ini ke dalam kurikulum sekolah atau ekstrakurikuler bisa menjadi cara efektif mengenalkannya kepada generasi muda, serta menumbuhkan rasa bangga akan budaya lokal sejak dini.

Pembentukan klub olahraga tradisional di tingkat kota dan desa juga penting, sebagai wadah bagi anak muda untuk mempelajari dan bermain secara teratur. Promosi melalui media sosial seperti YouTube, Instagram, dan TikTok dapat menarik perhatian generasi yang lebih akrab dengan dunia digital.

Menyelenggarakan festival budaya berskala internasional, selain acara nasional seperti Fornas, dapat memperkenalkan olahraga tradisional ke khalayak global, mendatangkan apresiasi internasional, dan mengundang lebih banyak dukungan. Selain itu, pengembangan infrastruktur yang memadai, seperti lapangan khusus untuk gobak sodor dan arena panjat pinang, perlu diperhatikan pemerintah daerah.

Pendidikan bagi instruktur dan pelatih permainan tradisional, termasuk sertifikasi, akan meningkatkan profesionalisme serta pengalaman bermain. Dukungan finansial dan sponsor dari perusahaan dapat membantu menyelenggarakan acara, pelatihan, serta promosi untuk keberlanjutan program ini.

Dengan berbagai upaya tersebut, diharapkan olahraga tradisional Indonesia dapat tetap hidup dan lestari di tengah arus modernisasi yang semakin pesat.

***
Dapatkan berita Republik Indonesia terkini viral 2025, trending terbaru, serta terpopuler hari ini dari media online RepublikIndonesia.net melalui platform Google News.

Ketik kata kunci lalu Enter