Petugas menunjukkan mata uang rupiah dan dolar AS di Ayu Masagung Money Changer, Jakarta. (Dok. ANTARA) |
JAKARTA. REPUBLIK INDONESIA — Nilai tukar rupiah mengalami penguatan signifikan terhadap dolar AS pada penutupan perdagangan Kamis (7/11/2024), di tengah penantian pasar terhadap rilis hasil pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) Amerika Serikat (AS).
Pada perdagangan Kamis (7/11), rupiah tercatat naik 93 poin atau 0,58 persen, ditutup pada level Rp15.740 per dolar AS, setelah sebelumnya berada di Rp15.833 per dolar AS.
“Investor menantikan kesimpulan dari pertemuan Fed pada hari Kamis (7/11) untuk mendapatkan lebih banyak isyarat tentang suku bunga,” ujar pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi, saat dihubungi ANTARA di Jakarta.
Ibrahim menjelaskan bahwa bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed), diproyeksikan akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps). Meskipun demikian, proyeksi tersebut diiringi ketidakpastian mengenai langkah-langkah selanjutnya di tengah dinamika kepemimpinan Presiden Donald Trump serta inflasi yang terus meningkat.
Kemenangan Presiden Trump beberapa waktu lalu telah mendorong penguatan dolar AS ke level tertinggi dalam empat bulan terakhir. Kemenangan tersebut juga membawa stabilitas ke pasar keuangan global yang sempat terombang-ambing akibat persaingan ketat dalam pemilihan presiden, sehingga memicu semangat risk-on di kalangan investor.
Pasar global juga mencermati pertemuan Kongres Rakyat Nasional (NPC) di Beijing. Diharapkan, pemerintah China akan mengumumkan rencana untuk peningkatan belanja fiskal guna menopang pertumbuhan ekonomi. Pengumuman ini diperkirakan muncul pada akhir pertemuan yang dijadwalkan selesai pada Jumat.
Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) mengungkapkan bahwa posisi cadangan devisa Indonesia per akhir Oktober 2024 mencapai 151,2 miliar dolar AS, naik dibandingkan akhir September 2024 yang berada di angka 149,9 miliar dolar AS. Kenaikan ini dipengaruhi oleh penerimaan pajak, jasa, serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah.
Cadangan devisa sebesar 151,2 miliar dolar AS ini setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka tersebut jauh melampaui standar kecukupan internasional yang berkisar tiga bulan impor.
BI menyatakan bahwa cadangan devisa yang dimiliki cukup untuk mendukung stabilitas makro ekonomi dan sistem keuangan. “Ke depan, BI memandang cadangan devisa memadai untuk mendukung ketahanan sektor eksternal,” tulis BI dalam laporannya.
Pada hari yang sama, Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia menunjukkan penguatan kurs rupiah ke level Rp15.767 per dolar AS, dibandingkan level sebelumnya di Rp15.840 per dolar AS.